Site icon Tanah Airku

Kaimana, Kota Senja di Papua Barat yang Punya Sejarah Kerajaan

Kaimana

Kota Kaimana di Papua Barat dikenal akan senjanya yang indah. Hanya dahulu, kota ini juga punya sejarah akan dua kerajaan.

Saking populernya, keindahan senja di Kaimana dijadikan lirik lagu Senja di Kaimana karya Alfian yang populer tahun 1960-an. Ya, seindah itu memang senja di Kaimana.

Sedangkan dari sisi sejarah, dahulu Kaimana terbagi menjadi dua kerajaan atau dalam bahasa setempat disebut pertuanan yang masing-masing dipimpin oleh seorang raja.

Dua pertuanan ini yaitu Namatota dan Kumisi atau disebut juga Sran. Wilayah Pertuanan Namatota meliputi Teluk Umar hingga Teluk Arguni. Pusat Pertuanan Namatota di Pulau Namatota. Pertuanan Kumisi berpusat di Pulau Adi.

Peninggalan sejarah di Kaimana, Papua Barat.Kompleks makam Raja Sran Kaimana (istimewa/Hari Suroto)

Kisah lisan menyebutkan pada masa lalu, pemukiman pertama berada di Pulau Adi. Hanya karena diganggu oleh makhluk pemakan manusia yang meresahkan penduduk, Raja Kumisi kemudian memindahkan pemukiman ke Pulau Kilimala di timur Pulau Adi.

Pada 1976, pemukiman kembali berpindah ke Pulau Adi hingga saat ini. Meski hidup di era modern saat ini, masyarakat Kaimana masih menghormati Raja dan teguh memegang adat.

Raja sebagai pemangku hak ulayat dan hukum adat menjadi panutan. Titahnya menjadi hukum yang masih dipatuhi.

Mayoritas Penduduk Pertuanan di Kaimana Beragama Islam.

Menurut salah satu kisah lisan, tokoh pembawa Islam pertama kali ke Kaimana adalah Imam Dzikir. Imam Dzikir tinggal dan berdakwah di Borombouw pada 1405.

Perlengkapan makan sirih pinang peninggalan Raja Sran Kaimana (istimewa/Hari Suroto)

Kemudian Imam Dzikir menetap di Pulau Adi dan mengajarkan Islam yang kemudian diterima oleh keluarga kerajaan. Selain itu, penyebaran Islam di Kaimana juga melalui interaksi perdagangan dengan pedagang muslim dari Aceh, Arab, Ternate dan Tidore.

Pada 1898, agama Islam semakin banyak penganut di Kaimana setelah Naro’E menggantikan Nduvin menjadi Raja Kumisi dengan gelar Raja Sran Kaimana V. Pada saat itu, Naro’E menikah dengan anak kepala suku di Kaimana sehingga pengaruh Islam di Kaimana semakin luas.

Pengaruh budaya Islam juga terlihat dari pemakaian alat musik rebana, penggunaan sorban serta tradisi Islam lainnya. Tak lupa juga sejumlah peninggalan bersejarah kerajaan seperti makam dan lainnya di Kaimana, Papua Barat.


Artikel ini merupakan kiriman dari Hari Suroto, Peneliti Balai Arkeologi Papua dan telah mengalami penyuntingan oleh detikTravel.

Simak Video “Tanggapan Polri Soal Viralnya Video Demo Aktivis RI dengan WNA
[Gambas:Video 20detik]
(rdy/rdy)

Exit mobile version