Ketua Tim Kemanusiaan untuk Intan Jaya Haris Azhar mengungkap hasil investigasi terkait penembakan pendeta Yeremia Zanambani yang dibunuh pada 19 September 2020, di Hitadipa, Intan Jaya. Haris Azhar membeberkan kronologi penembakan pendeta Yeremia yang diduga melibatkan oknum TNI.
Haris menyebut Tim Independen Kemanusiaan untuk Intan Jaya ini adalah tim yang terdiri atas sejumlah tokoh agama, akademisi, dan aktivis kemanusiaan di Papua. Tim ini dibentuk untuk merespons situasi kekerasan yang terjadi pada Pendeta Yeremia Zanambani, yang dibunuh pada 19 September 2020, di Hitadipa, Intan Jaya.
Haris mengungkap insiden tersebut bermula pada 17 September ketika terjadi tembakan ke rombongan anggota TNI di Sugapa Lama, yang mengakibatkan 1 anggota meninggal dunia dan 1 laras panjang milik TNI diambil oleh OPM.
Setelah kejadian itu, Haris menyebut beberapa masyarakat Hitadipa dipanggil. Pada pertemuan itu, aparat meminta agar senjata yang hilang diambil OPM segera dikembalikan, serta meminta agar gembala Pendeta mengumumkan dan juga meminta warga mengutus orang ke kampung lain di Distrik Hitadipa, dengan pesan yang sama agar senjata dikembalikan.
“Pesan tersebut juga diiringi dengan ancaman bahwa kalau tidak dikembalikan distrik Hitadipa akan di-bom. Praktik ini terus terjadi pada tanggal 18 September, keesokan harinya,” kata Haris dalam keterangan tertulis yang diterima Minggu (1/11/2020).
Kemudian pada 19 September, Haris menyebut masyarakat dikumpulkan oleh aparat di lapangan depan kantor Koramil, dipimpin oleh Danramil. Dalam pertemuan itu, Haris Azhar menyebut masyarakat diberi waktu dua hari untuk mengembalikan senjata yang dirampas pada 17 September dan jika tidak dikembalikan dalam dua hari tersebut, akan dilakukan operasi penumpasan ke warga.
Selain itu, sebut Haris Azhar, diperintahkan kepada dua orang pemuda untuk mencari Melianus Wandagau, kepala suku Moni di Sugapa Lama–lokasi perampasan senjata pada 17 September. Masih pada hari yang sama, lanjut dia, sekitar pukul 12, masyarakat kembali dikumpulkan di depan Gereja Imanuel 1 oleh anggota TNI Koramil Alpius. Haris lalu menyebut beberapa nama masyarakat Hitadipa yang menjadi musuh, salah satunya nama pendeta Yeremia.
“Alpius juga mengatakan bahwa ‘orang-orang atau masyarakat Hitadipa yang menjadi musuh, lawan dan perang dengan saya (TNI/Polri) adalah, antara lain, Jimi Sani, Pdt Yeremia Zanambani, Pdt Yakobus Maiseni, Ibu Ev. Naomi Kobogau/Maiseni, Roni Majau dan Amoli Wandagau. Akibat pernyataan ini semua ibu-ibu dan bapak-bapak, termasuk pendeta dan gembala menangis di depan Alpius,” kata Haris.