Di Danau Sentani, ada dua jenis perahu tradisional yaitu perahu laki-laki dan perahu perempuan. Ingin tahu cara membedakannya? Simak ulasan berikut ini, ya!
Perahu laki-laki masyarakat sekitar Danau Sentani sangatlah sederhana, namun elegan. Bagian bawahnya bulat, sehingga sangat sulit untuk menjaga keseimbangan, kecuali bila Anda sudah terlatih sejak kecil.
Perahu laki-laki Sentani secara tradisional sangatlah kecil, hanya bisa muat untuk satu orang, dan tidak stabil di atas air. Ukurannya terlalu sempit, pemakai tidak duduk di antara sisi-sisi perahu, melainkan duduk di atasnya. Terkadang satu kaki dijuntaikan ke air untuk dengan maksud membantu menjaga keseimbangan.
Sekarang, di Danau Sentani, danau yang berada di bawah lereng Pegunungan Cagar Alam Cyclops yang membentang antara Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura, Papua itu, perahu laki-laki sangat sulit ditemukan. Hilangnya perahu laki-laki disebabkan berubahnya tren transportasi, terlebih fungsi dan nilainya.
Kini, kaum pria lebih aktif bekerja di daerah kota Sentani daripada di Danau Sentani. Apabila mereka memerlukan sarana transportasi, telah tersedia banyak perahu motor tempel.
|
Adapun perahu perempuan dibuat untuk penumpang berkelompok, sehingga cukup besar. Dekorasinya sederhana.
Perahu perempuan secara tradisional hanya digunakan oleh wanita masyarakat Sentani.
Perahu perempuan di Danau Sentani biasanya berukuran 4-10 meter dan dibuat dari pohon matoa. Perahu perempuan pada umumnya sedikit lebih besar dibanding perahu laki-laki.
Perahu ini mampu menampung 10 orang penumpang. Pada waktu yang bersamaan memungkinkan kaum perempuan untuk membawa perlengkapan memancing, wadah air, dan benda-benda berat lainnya.
Perempuan menggunakan perahu ini dalam kehidupan sehari-hari mereka. Bahkan bisa dianggap sebagai perlengkapan kerja mereka yang paling penting.
Mereka menggunakannya saat mereka menebar atau mengangkat jala ikan, mencari kayu bakar, mengambil air bersih dari tengah danau, mengangkut tepung sagu, atau kerja di tempat lain.
Perahu perempuan dimiliki oleh setiap keluarga di kampung. Bahkan mereka bisa punya lebih dari satu perahu, tergantung pada tuntutan kerja para wanita di keluarga tersebut.
Tiap perahu memiliki motif yang berbeda-beda (ikan, buaya, kadal, burung), nama, terkadang tanggal pembuatan, diukir di atasnya.
Beberapa nama perahu perempuan Sentani yaitu ‘Nakoro Ya’ yang berarti ‘biarkan aku sendiri’. Satunya lagi adalah ‘Mal Nip’ yang berarti ‘Cara mencapai tempat”.
Saat ini, laki-laki juga menggunakan perahu perempuan untuk beraktivitas di Danau Sentani, yang tercatat sebagai danau terluas di papua itu, meski seharusnya perempuanlah yang melakukan sebagian besar perjalanan dengan perahu tersebut.
—
Artikel ini dibuat oleh Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua dan diubah seperlunya oleh redaksi.
Simak Video “Pesawat Cargo Jatuh di Danau Sentani Papua“
[Gambas:Video 20detik]
(wsw/fem)