Site icon Tanah Airku

Orang Jawa Bajak Sawah Pakai Sapi, di Papua Pakai Babi

Minyambow

Jika di Pulau Jawa dan Sumatera, para petani membajak sawah menggunakan sapi. Lain halnya di Pegunungan Arfak, Papua Barat. Lahan pertanian dibajak dengan babi.

Babi bagi Suku Moile yang tinggal di Distrik Minyambow, Pegunungan Arfak, Papua Barat adalah kekayaan yang bernilai sangat tinggi. Babi merupakan tabungan, sekaligus harta yang bisa menyelesaikan berbagai persoalan adat.

Selain itu, babi juga digunakan untuk membantu mereka dalam mengolah lahan. Oleh Suku Moile, babi dibiarkan bebas berkeliaran begitu saja, mencari makan sendiri. Pagi hari mereka dilepas, lalu pada petang hari, mereka pulang sendiri ke kandang.

Babi yang digunakan membantu mengolah tanah, Suku Moile menyebutnya sebagai na temti yang berarti babi yang selalu mencungkil tanah.

Mengolah tanah dengan babi bagi Suku Moile merupakan cara efektif dan efisien, karena petani Moile tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membayar orang mencangkul tanah dengan sekop.

Caranya yaitu pagar kebun dibuka, babi dibiarkan bebas berkeliaran masuk kebun untuk mengais-ais dan mencungkil tanah sedalam 10 hingga 30 cm. Babi-babi ini mencari cacing dan sisa-sisa panen yaitu ubi jalar, kacang tanah, kentang, wortel, dan singkong.

Waktu yang diperlukan dalam mengolah tanah tidak ditentukan, semakin banyak babi yang masuk kebun maka pekerjaan mengolah tanah akan semakin cepat selesai.

Selain babi milik sendiri, babi milik petani lain juga dipersilakan masuk bebas untuk mencungkil kebun yang akan ditanam.

Setelah dianggap lahan sudah bisa ditanami, maka pagar kebun ditutup, dan babi tidak boleh masuk lagi ke dalamnya. Unik bukan?


Artikel ini dibuat oleh Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua dan diubah seperlunya oleh redaksi.

Simak Video “Leling, Membajak Sawah Seko Sambil Bernyanyi Bersama Kerbau
[Gambas:Video 20detik]
(wsw/wsw)

Exit mobile version