Kampung Abar di Papua boleh bangga karena memanfaatkan listrik dari tenaga matahari dan kulit pohon sagu. Selain modern, teknologi ini juga ramah lingkungan.
Kampung Abar terletak di tepi Danau Sentani bagian selatan. Walaupun lokasinya tidak jauh dari Bandara Sentani, warga kampung ini tidak menikmati listrik PLN.
Kampung ini tidak memiliki jaringan listrik PLN dari Sentani, ibukota Kabupaten Jayapura. Namun jangan salah, sejak 2015, warga Kampung Abar telah mengenal listrik pintar tenaga surya yang ramah lingkungan.
Inilah yang membuat Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Duta Besar Perancis Jean-Charles Berthonnet tertarik datang ke kampung tersebut tiga tahun yang lalu.
Selain listrik tenaga surya, warga Kampung Abar juga mengenal briket arang sagu sebagai energi terbarukan.
Ide pemanfaatan ini bermula dari kebiasaan warga Papua yang mengolah batang pohon sagu menjadi tepung sagu, batang pohon sagu ditokok, diambil sari patinya, sedangkan ampas dan kulit batang sagu dibuang begitu saja.
Berdasarkan hal tersebut, maka timbul pemikiran untuk memanfaatkan kulit pohon sagu sebagai bahan bakar. Kulit pohon sagu yang kering, sebenarnya dapat langsung digunakan sebagai kayu bakar.
|
Namun selama ini sangat jarang warga Kampung Abar tidak menggunakannya sebagai kayu bakar di dapur. Hal ini kurang praktis dan api yang dihasilkan panasnya kurang maksimal.
Ternyata, setelah kulit pohon sagu dijadikan briket arang, hasilnya sangat luar biasa. Ia menghasilkan api berwarna biru dan mampu bertahan selama tujuh jam.
Cara pembuatan briket arang kulit pohon sagu oleh warga Abar yaitu, kulit pohon sagu yang sudah kering dibakar di tempat terbuka. Setelah merah membara, disiram air, sehingga yang tersisa hanyalah arang. Arang ini dikumpulkan kemudian ditumbuk halus.
Kemudian bubuk arang ini dilekatkan dengan pati sagu, serta dicetak dan dipadatkan menjadi briket. Briket arang kulit pohon sagu sangat cocok digunakan dalam tungku tanah liat.
Warga Kampung Abar terkenal sebagai satu-satunya kampung pembuat peralatan dapur dari bahan tanah liat di Papua. Sebelum ada briket arang ini, mereka telah membuat tungku masak dari tanah liat namun hanya untuk kayu bakar.
Sehingga mereka mengkreasikan tungku tanah liat yang sudah ada sebelumnya didesain ulang untuk memasak menggunakan briket arang kulit pohon sagu. Prestasi masyarakat Abar ini perlu dicontoh oleh masyarakat Indonesia yang di daerahnya banyak terdapat pohon sagu.
—
Artikel ini dibuat oleh Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua dan diubah seperlunya oleh redaksi.
Simak Video “Asyik! Bayar Listrik hingga Tambah Daya Sekarang Bisa Lewat HP“
[Gambas:Video 20detik]
(pin/pin)