Sungai Mamberamo Foto: Hari Suroto/Istimewa
|
Setelah tali siap, mereka lalu berperahu ke bagian sungai yang diperkirakan menjadi sarang buaya. Hal ini biasanya dilakukan pada siang hari, tepat matahari berada di atas kepala.
PriaBauzi kemudian akan berenang di permukaan sungai. Sambil membawa beberapa utas tali, ia akan mencari bayangan seekor buaya di dasar sungai.
Jika terlihat seekor buaya, maka dengan hati-hati, ia menyelam dan mendekati buaya dari belakang. Kemudian ia akan berenang ke arah kepala buaya untuk memastikan apakah matanya terbuka atau tertutup.
Jika mata buaya terbuka maka ia akan mundur secepatnya, berarti itu bahaya. Namun jika mata buaya tertutup, dengan secepat mungkin, ia akan melingkarkan seutas tali di moncong buaya dan tali lainnya di kedua kaki depan buaya.
Kemudian ujung-ujung tali diserahkan ke pemburu lainnya yang sudah menunggu di tepi sungai. Beramai-ramai mereka akan menarik buaya itu ke darat dan membunuhnya.
Suku Bauzi memanfaatkan seluruh bagian buaya hasil buruan. Daging buayanya dimakan, kulitnya dijual dan giginya dipakai sebagai hiasan.
Artikel ini dibuat oleh Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua dan diubah seperlunya oleh redaksi.
(wsw/wsw)