Jakarta –
Jumlah warga Intan Jaya, Papua, yang mengungsi ke gereja semakin banyak. Sekitar 600 orang mengungsi ke rumah pastoran dan gereja Katolik Paroki Bilogai setelah ada kasus penembakan penjaga kios di Distrik Sugapa beberapa waktu lalu oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB).
Dilansir dari Antara, Jumat (19/2/2021), berdasarkan laporan Pastor Yustinus Rahangiar selaku Pastor Paroki Bilogai Intan Jaya, para pengungsi itu berasal dari Desa Bilogai, Desa Kumlagupa, dan beberapa warga dari Desa Puyagiya.
“Total warga yang mengungsi mencapai 655. Sebanyak 200 orang dewasa laki-laki dan sisanya perempuan serta anak-anak,” ujar Pastor Yustinus dalam laporannya ke Keuskupan Timika baru-baru ini.
Diketahui, Ramli NR (32), warga di Intan Jaya, ditembak dari jarak dekat oleh KKB saat hendak membeli minyak tanah pada Senin (8/2) pukul 17.30 WIT di Kampung Bilogai, Distrik Sugapa. Momen penembakan terjadi saat korban Ramli NR memanggil istrinya yang berinisial M. KKB menembak korban Ramli NR di depan istrinya.
Meski warganya menghadapi situasi yang mencekam, Pemkab Intan Jaya dilaporkan hingga kini belum aktif.
“Masalahnya pemerintahan daerah tak berfungsi. Mereka tak ada bersama masyarakat. Bupati sudah sering memberikan instruksi kepada jajarannya, namun ketika hilang sebentar, bawahannya juga hilang semua,” kata Pastor Yustinus.
Bupati Intan Jaya Natalis Tabuni mengakui dia dan aparat pemerintah daerah kerap tak berada di kantor karena alasan keamanan. Mereka sering kali diancam kelompok bersenjata.
“Bukan saya sendiri, seluruh PNS, terutama putra daerah, jarang ada di tempat karena mereka dapat ancaman,” ujar Natalis.
Saat ini sejumlah pejabat teras di Pemkab Intan Jaya, seperti sekretaris daerah dan para pimpinan organisasi perangkat daerah, telah mengungsi ke Nabire. Hal serupa juga dilakukan oleh 25 anggota DPRD Intan Jaya, yang sebagian besar dari mereka kini memilih menetap di Nabire.
Pemuka Agama Serukan Akhiri Konflik
Pemuka agama yang menjabat Administratur Keuskupan Timika, Pastor Marthen Kuayo Pr, menyerukan semua pihak mengakhiri konflik bersenjata yang terjadi di Kabupaten Intan Jaya, Papua.
“Kami dari gereja mengajak pemerintah, dalam hal ini aparat TNI dan Polri maupun pihak TPN-OPM, untuk mengambil langkah-langkah berdialog untuk mengakhiri konflik di Intan Jaya. Kalau situasinya tetap seperti ini, sudah pasti korban akan terus berjatuhan dari kedua belah pihak,” kata Pastor Marthen di Timika.
Pastor Marthen khawatir, jika konflik bersenjata aparat TNI-Polri dengan pihak TPN-OPM terus berkepanjangan, warga masyarakatlah yang akan menjadi korban.
“Masyarakat mengungsi ke mana-mana, belum lagi nasib anak-anak yang harusnya mereka sekolah untuk membangun masa depan yang lebih baik, sekarang semuanya menjadi tidak jelas,” katanya.
Ia berharap ada pihak-pihak netral yang bisa menengahi permasalahan yang terjadi di Intan Jaya, entah dari tokoh masyarakat atau pihak gereja agar situasi konflik tersebut tidak berkepanjangan.
(idh/tor)