Juri sudah tentukan 10 pemenang untuk Bhayangkara Mural Festival 2021. Pemenang pertama adalah La Ode Umar dari Jakarta, yang melukis mural yang mengkritik polisi tentang pemungutan liar. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memuji keberanian La Ode dalam mengkritisi polisi.
“Alhamdulillah, menurut hasil penilaian dewan juri, saya kira para juri ini terpilih, independen dan diberkahi kemampuan yang tak diragukan lagi. Juaranya adalah yang berani mengkritik polisi,” kata Sigit di AlLapangan Bhayangkara, Mabes Polri, Jakarta Selatan.
Mural yang dilukis oleh La Ode berisi serangkaian gambar polisi, dengan kata merah besar “pungli” di atasnya.
Melalui mural tersebut, La Ode mengkritisi praktik pungli yang dilakukan polisi, misalnya saat razia kendaraan, dan mengingatkan polisi bahwa mereka harus memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Namun, La Ode mengkritik polisi yang selalu berikan keadilan hanya kepada orang yang memiliki uang,
Sigit menerima kritikan yang disampaikan oleh para muralis, Sigit mengucapkan terima kasih kepada masyarakat karena setiap kritik yang datang akan menjadi masukan bagi pihak kepolisian.
“Oleh karena itu, kritikan ini tentu akan kami terima. Dan ini juga merupakan aspirasi harapan masyarakat terhadap perbaikan kepolisian negara ke depan. Sekali lagi terima kasih atas partisipasi rekan-rekan semua dan kami untuk menjadi polisi yang lebih baik, salah satunya Polri petugas yang lebih dekat dengan masyarakat, polisi yang dicintai masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, La Ode sebagai juara pertama merasa senang bisa memenangkan festival tersebut. “Alhamdulillah, saya sangat senang Polri bisa mengapresiasi para seniman mural khususnya di Indonesia. Dan ada wadah untuk saling berkompetisi,” jelas La Ode.
“Bahkan ada juga polisi baik. Tapi sebagian besar oknumnya memiliki sikap negatif untuk mencemarkan nama baik polisi itu sendiri. Sewenang-wenang terhadap masyarakat,” lanjutnya.
La Ode mengaku tidak ada tekanan saat melukis di markas polisi dan semakin yakin bahwa polisi anti kritik.
“Bagi saya sebenarnya ini momen. Momen ketika polisi sendiri memberikan mereka wadah untuk dikritik secara bebas. Jadi dengan adanya acara ini, menjadi momentum bagi masyarakat. Dan hal ini semakin menunjukkan kalau polisi anti kritik,” tambah La Ode.
Pemenang pertama kompetisi ini mendapat hadiah Rp 50 juta, pemenang kedua mendapat Rp 30 juta dan pemenang ketiga mendapatkan Rp 20 juta. Tujuh orang lainnya yang menjadi juara harapan mendapatkan masing masing Rp 10 juta.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sempat mengajak peserta Bhayangkara Mural Festival 2021 untuk mengkritisi apapun kepada polisi melalui lukisan yang mereka buat.
“Khususnya tentang Polri, kalau muralnya yang paling pedas, kami akan terima juga. Dan saya jamin siapa pun yang berani menggambar seperti itu akan berteman dengan Kapolri, jadi sahabat Kapolri.” kata Sigit dalam sambutannya di Lapangan Bhayangkara, Mabes Polri, Jakarta Selatan, Sabtu (30/10).
Sigit menjelaskan, ingin melihat bagaimana persepsi masyarakat terhadap polisi dan sebagai evaluasi bagi Polri untuk dicintai masyarakat.
Selain itu, Sigit menegaskan pemerintah dan Polri tidak anti kritik dan bangga dengan para peserta lomba yang berani menyampaikan kritik melalui mural.