Site icon Tanah Airku

Keunikan Honai, Rumah Adat Papua Barat

Rumah honai di Papua DOK. (Shutterstock/inru17)

bangunpapua.com – Kita sering mendengar nama-nama rumah adat Papua atau biasa dikenal dengan Honai.

Fangnania T. Rumthe menjelaskan dalam buku Rumah Bundar (2018) bahwa Honai adalah rumah adat Papua yang didirikan oleh suku Dani.

Dalam bahasa setempat, Honai atau Onai berarti bentuk rumah yang terinspirasi dari alam sekitar.

Bentuk Honai yang unik membuatnya terkenal dan merupakan salah satu warisan budaya yang masih dilestarikan hingga saat ini.

Baca Juga : Suku-suku di Papua

Keunikan Rumah Honai

Honai mampu menampung banyak anggota keluarga. (Foto: Indonesia.go.id)

Suku Dani terinspirasi untuk membangun Honai dari burung yang menggunakan sarangnya sebagai tempat tinggal yang nyaman, terlindung dari panas dan hujan.

Bentuk Honai memang terlihat unik, dengan dinding membulat dan atap melengkung seperti setengah bola.

Dalam pembuatannya, rumah adat Papua ini sama sekali tidak menggunakan paku, melainkan menggunakan bahan alami seperti rotan untuk mengikatnya.

Dinding bagian dalam terbuat dari papan dengan ujung runcing, seperti tombak, dan disebut papan cincang.

Ada juga balok kayu di tengah ruangan sebagai penyangga atap bagian dalam.

Kayu buah digunakan sebagai penutup untuk rangka dan juga untuk atap Honai. Ada juga atap Honai yang ditutup dengan alang-alang.

Sementara untuk alas tempat tidur di dalam Honai, digunakan lokop atau pinde yang bentuknya menyerupai bambu kecil.

Pembangunan rumah adat Papua dimulai dengan balok kayu di tengah rumah yang memiliki alas batu agar tidak cepat lapuk.

Mereka kemudian akan bekerja sama dengan kerabat atau masyarakat sekitar untuk membuat bagian dari rangka dinding dan atap honai.

Terakhir, tutupi atap dengan jerami dan alang-alang yang sudah diasapi, dan rumah siap untuk ditinggali.

Di dalam rumah adat Papua ini terdapat tungku untuk memasak dan menghangatkan diri.

Selain sebagai tempat tinggal, Hanoi juga digunakan sebagai tempat penyimpanan simbol-simbol tradisional dan senjata perang.

Suku Dani juga menggunakan Hanoi sebagai lumbung atau tempat menyimpan hasil pertanian.

Dalam sistem sosial, fungsi rumah Honai juga dikenal sebagai tempat berkumpul untuk membahas strategi perang.

Di dalam rumah Honai, para tetua atau orang tua juga memberikan edukasi kepada anak-anak baik laki-laki maupun perempuan dalam hal tradisi atau kemampuan dalam mengurus rumah tangga.

Baca Juga : Tari Sajojo dari Papua

Filosofi Honai

Nilai menjaga kesatuan dan persatuan

Honai memiliki nilai menjaga kesatuan dan persatuan sesama suku, serta mempertahankan budaya yang telah diwariskan oleh para leluhur untuk selamanya. Contoh kesatuan dan persatuan dalam Honai adalah rumah adat ini hanya boleh dibangun oleh laki-laki secara bergotong royong.

Di sisi lain, waktu pembangunan pun ditentukan secara spesifik dan harus diikuti, agar pembangunannya tidak terhambat oleh cuaca ataupun ancaman bencana alam. Selain itu, ada aturan yang harus dipatuhi dalam pembangunan Honai. Salah satunya adalah penempatan pintu rumah, yang posisinya harus bertemu dengan arah matahari terbit atau tenggelam. Arah tersebut dinilai dapat membuat penghuni Honai lebih siaga jika terjadi kebakaran atau serangan musuh datang.

Sehati, satu pikiran, dan satu tujuan

Dengan tinggal di dalam satu Honai, semua orang akan sehati, satu pikiran, dan satu tujuan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Honai dan Ebe’ai juga merupakan sarana pendidikan. Di dalam Honai, anak laki-laki dilatih agar menjadi orang yang kuat saat dewasa nanti sehingga ia kelak dapat melindungi sukunya. Sedangkan di Ebe’ai, para perempuan dewasa akan bersama-sama melakukan proses pendidikan bagi anak perempuan yang beranjak dewasa. Remaja perempuan juga diajarkan hal-hal yang akan dihadapi ketika ia menikah.

Simbol kepribadian dan harga diri

Dilansir dari Portal Informasi Indonesia, Rumah Honai merupakan simbol kepribadian dan harga diri penduduk suku Dani yang harus dijaga oleh keturunan atau anak cucu mereka di kemudian hari. Di tengah modernitas, arsitektur tradisional Honai masih tetap dipertahankan. Material yang digunakan untuk membuat Honai 100% berasal dari bahan alami yang dapat diperbaharui, mulai dari rangka kayu, dinding anyaman, hingga atap jerami merupakan bahan yang ramah lingkungan. Hal ini menjadi contoh bagi arsitektur generasi sekarang bahwa jauh sebelum dikenalnya ilmu arsitektur hijau, nenek moyang kita di Indonesia sudah menerapkannya.

 

Exit mobile version