bangunpapua.com – Suku Biak adalah salah satu dari ratusan masyarakat adat dengan total 29 kabupaten atau kota di Papua. Mengutip dari situs Antara News, masyarakat Biak yang tinggal di berbagai belahan dunia masih sangat menjunjung tinggi tradisi pernikahan serta budaya dan adat istiadatnya.
Pasalnya, tradisi ini diturunkan dari nenek moyang mereka ketika hendak menikah dengan mempelai perempuan Papua. Lantas bagaimana tradisi pernikahan Suku Biak di Papua?
1. Melamar
Sama halnya dengan peraturan daerah lainnya, Suku Biak memiliki proses lamaran sebelum menikah. Tapi apa bedanya?
Bedanya, terdapat dua jenis lamaran dalam prosesi pernikahan Suku Biak. Prosesi pertama, yaitu sanapen. Sanapen adalah prosesi yang digunakan oleh Suku Biak yang seringkali menjodohkan anak-anaknya ketika masih di bawah umur.
Prosesi kedua, yaitu fakfuken. Fakfuken adalah prosesi lamaran yang ditujukan kepada pihak keluarga perempuan. Anaknya harus bertemu dengan anak dari pihak keluarga laki-laki setelah berumur di atas 15 tahun.
Ketika sudah berumur diatas 15 tahun, maka pihak keluarga laki-laki akan membawa tanda perkenalanan yang bernama kaken. Kaken adalah gelang atau kalung yang terbuat dari manik-manik.
Jumlah kaken yang diserahkan, tergantung dari kemampuan ekonomi pihak keluarga laki-laki. Nantinya, pihak keluarga perempuan juga akan memberi kaken sebagai tanda menerima lamaran dari pihak keluarga laki-laki. Kemudian, kedua pihak akan menentukan mas kawin yang akan diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan.
2. Mengantar Mas Kawin (Ararem)
Selain itu, pihak laki-laki dan perempuan akan melakukan prosesi penyerahan mas kawin atau tradisi ararem yang sudah turun temurun. Tradisi ini tetap ada meskipun kemajuan teknologi modern.
Dikutip dari laman Jubi, tradisi ararem menjadi sesuatu yang sangat sakral. Hal ini disebabkan, karena harus diberikan kepada keluarga perempuan yang suatu saat nanti akan menyandang status sebagai istri dalam keluarga keret atau marga.
Sementara itu, adat membayar mas kawin kepada keluarga perempuan adalah lambang dari kehormatan dan harga diri keluarga calon pengantin laki-laki. Maksud dari prosesi ini adalah mempelai pria dapat membawa istrinya untuk hidup berumah tangga guna meneruskan warisan bagi marga keluarga tertentu.
3. Persiapan Pernikahan
Keesokan harinya, pengantin perempuan akan didandani dan diantar ke rumah mempelai laki-laki dan ke tempat prosesi pernikahan akan berlangsung. Saat akad nikah berlangsung, kedua mempelalai akan memakai pakaian adat dan perhiasan-perhiasan khas Suku Biak.
4. Upacara Pernikahan
Upacara Pernikahan diawali dengan penyerahan sejumlah benda pusaka seperti anak panah, kapak, dan tombak. Pusaka ini diturunkan dari keluarga perempuan kepada keluarga laki-laki.
Keluarga laki-laki pun menanggapinya dengan memberikan hal yang sama sebagai simbol bahwa keluarga laki-laki akan menerima anak dari keluarga perempuan dan mengasuhnya sebagai anak sendiri.
Kemudian, prosesi pernikahan akan dilanjutkan dengan pemberian sebatang rokok seperti cerutu. Cerutu ini harus dihisap oleh setiap pengantin. Prosesi merokok cerutu dimulai dengan pengantin pria.
Para tetua adat kemudian memberi masing-masing pengantin jumlah cerutu yang sama. Prosesi tersebut disertai dengan doa dan mantra yang dibacakan oleh para tetua adat.
Doa yang disampaikan umumnya adalah untuk mengharapkan berkah dari Yang Maha Kuasa dan agar kedua mempelai selalu bahagia di bahtera rumah tangga mereka. Setelah doa, kedua mempelai akan saling menyuapi ubi. Pernikahan suku Biak diakhiri dengan acara makan-makan bersama keluarga besar.
Itulah tradisi pernikahan Suku Biak. Sungguh unik, ya, Kawan?
Sumber : goodnewsfromindonesia
Baca juga : Nama Adat dan Profil Wilayah 3 Provinsi Baru Papua