BANGUNPAPUA – Kanguru sangat lekat dengan Negara Australia. Meski demikian, di Indonesia juga memiliki kanguru, tapi berbeda dengan kanguru Australia. Kanguru di Indonesia memiliki nama ilmiah Dendrolagus pulcherrimus dan habitatnya berada di Papua.
Informasi tentang kanguru yang ada di Papua tersebut sampai saat ini masih jarang terpublikasi. Hal itu karena kanguru yang juga dijuluki sebagai ‘mantel emas’ tersebut adalah binatang langka dengan habitat yang sangat terpencil di Pegunungan Torricelli Papua Nugini dan Pegunungan Foja di Papua.
Hewan ini bernama Dingiso. Dingiso merupakan hewan berkantung dari Papua yang langka. Populasinya semakin menurun menuju ambang kepunahan. Dingiso mirip dengan koala, tetapi berbeda dengan yang ada di negara-negara lainnya.
Berikut ini adalah fakta-fakta tentang Dingiso, kanguru khas Indonesia yang juga disebut sebagai kanguru pohon mantel emas. Mari kita bahas lebih dalam agar kita bisa lebih mengenal hewan khas Indonesia ini ya.
Baca juga: 5 Fauna Endemik Taman Nasional Lorentz Papua
1. Dingiso Diambang Kepunahan
Dingiso dikenalkan ke publik terhitung masih muda. Menurut Mongabay, penemuannya terjadi pada tahun 1990 oleh Pavel German di Gunung Sapau, Pegunungan Torricelli, Papua Nugini.
Pendapat lain dikemukakan oleh Tenkile Conservation Alliance, salah satu lembaga non-profit konservasi satwa liar di Papua Nugini (PNG). Dalam wawancara dengan IUCN, mereka menceritakan kanguru pohon mantel emas mulai diketahui pada pertengahan tahun 1980an.
Prof. Tim Frannery, seorang ahli mamalia dari Australia, pada tahun 1980an telah melakukan banyak ekspedisi ke Pegunungan Torricelli untuk mengumpulkan dan mendeskripsikan mamalia. Dia ingin memberitahukan kepada dunia bahwa spesies kanguru pohon (termasuk mantel emas) berada di ambang kepunahan.
Baca juga: Burung Nuri Kabare Hampir Punah di Tanah Papua
2. Dingiso Hanya Ditemukan di Papua
Dingiso ditemukan hanya di dua tempat Papua. Tempat pertama berada di Pegunungan Torricelli, di Papua Nugini. Tempat kedua ditemukan di Pegunungan Foja di Kabupaten Membramo, Papua Barat. Pegunungan Foja, sampai tahun 2005 lalu, masih dianggap sebagai pegunungan dengan hutan yang tak terjamah.
12 ilmuwan dari AS, Australia dan Indonesia pernah melakukan ekspedisi di Pegunungan Foja pada tahun 2005 dan mereka menemukan populasi Dingiso di hutan tersebut. National Geographic mendokumentasikan perjalanan mereka dan menerbitkannya pada tahun 2006.
Baca juga: Fauna Endemik di Pulau Papua
3. Panjang Tangan dan Kaki Sama
Ciri khas yang membuat beda Dingiso dengan kanguru Australia ialah bagian tangan dan kaki. Kanguru Australia, tangannya lebih pendek dari kaki. Sedangkan Dingiso, ukuran tangan dan kakinya sama panjang.
Mereka menggunakan bagian tubuhnya tersebut untuk memanjat dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di dahan dan ranting pepohonan di dalam hutan. Sesekali, dingiso akan turun ke tanah untuk mencari minum.
Baca juga: Keanekaragaman Hayati di Taman Nasional Lorentz
4. Berwarna Cokelat Emas di Punggung
Secara umum, Dingiso memiliki bulu halus dan didominasi berwarna cokelat tua dan cokelat muda. Di bagian leher, dada, perut dan tangan bagian bawahnya, memiliki warna cokelat terang keemasan.
Ekornya panjang mencapai sekitar 80 cm, dan memiliki lingkaran-lingkaran yang berwarna cukup terang sehingga terlihat seperti cincin. Meski dengan ekor panjang dan hidup di pepohonan, dia tidak mempunyai kemampuan prehensil.
Prehensil adalah kemampuan bagian tubuh hewan yang bisa memegang suatu benda. Jika kalian pernah lihat monyet yang ekornya bisa berpegangan pada dahan pohon, itu adalah ekor prehensil. Sedangkan Dingiso, meski ekornya panjang tapi tidak memiliki kemampuan tersebut.
Baca juga: Burung Cendrawasih, Warisan Papua Paling Indah di Dunia
5. Sering Diburu untuk Dimakan
Spesies Dendrolagus pulcherrimus pada tahun 2015 lalu, diklasifikasikan oleh The International Union for Conservation of Nature (IUCN) dalam kategori Kritis (Critically Endangered/CR).
Populasinya terus menurun di alam liar karena diakibatkan oleh kerusakan hutan dan perburuan manusia. Masyarakat pedalaman Papua menangkap Dingiso untuk dikonsumsi dagingnya.
Perlu diketahui, Dingiso ini bisa mencapai berat maksimal sampai 14 kilogram. Jadi dapat diperkirakan daging yang menempel di tubuhnya bisa dibilang cukup banyak.
Baca juga : Taman Nasional Lorentz Warisan Alam Dunia, Simak Yuk!
6. Jadi Maskot PON Papua
Pekan Olahraga Nasional (PON) XX tahun ini akan dilaksanakan di Papua. Berbagai kelengkapan acara telah mulai dibuat oleh panitia penyelenggara, seperti misalnya maskot utama.
Mereka membuat dua maskot, yang pertama adalah Kangpho dan kedua adalah Drawa. Dilansir Kominfo, kedua maskot tersebut terinspirasi dari binatang khas Papua yang terancam punah.
Maskot yang bernama Kangpho dibuat berdasarkan kanguru pohon mantel emas, sedangkan Drawa adalah maskot yang terinspirasi dari burung cenderawasih.
Keduanya memiliki rumbai di pinggang, Gubernur Lukas Enembe menjelaskan, “rumbai pada pinggang Drawa dan Kangpho biasa digunakan oleh perempuan dan laki-laki yang melambangkan sambutan hangat dan penuh keakraban di tanah Papua,” jelasnya.
Nah, sudah tahu kan, sekarang hewan bernama dingiso? Kanguru bermantel emas. Ternyata selama ini Indonesia memiliki kanguru asli, ya. Berbanggalah dan jangan lupa untuk turut melestarikan hewan yang satu ini.
Sumber : Spiritmadura.com
Baca juga : Pesona Raja Ampat, Surga Bahari di Indonesia