BANGUNPAPUA.COM – Nabire ditetapkan sebagai ibu kota Provinsi Papua Tengah, Indonesia. Jika merujuk pada pembagian wilayah adatnya, maka Nabire masuk dalam wilayah adat Mee Pago.
Dalam aspek geografis, Nabire ada di antara 134°35’ – 136°33’ Bujur Timur dan 2°25’ – 3°56’ Lintang Selatan.
Kabupaten Nabire terletak di kawasan Teluk Cenderawasih Provinsi Papua dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara: Kabupaten Kepulauan Yapen dan Kabupaten Waropen
Sebelah Selatan: Kabupaten Dogiyai dan Kabupaten Kaimana
Sebelah Timur: Kabupaten Paniai dan Kabupaten Waropen
Sebelah Barat: Kabupaten Teluk Wondama dan Kabupaten Kaimana
Luas daerah Kabupaten Nabire adalah sekitar 12.075 km², dengan panjang garis pantai 473 km.
Dalam aspek demografi Kabupaten Nabire, dari hasil Proyeksi Penduduk Interim 2020–2023 diketahui jumlah penduduk Kabupaten Nabire pada Tahun 2021 adalah 170.914 jiwa.
Sementara kepadatan penduduk di Kabupaten Nabire pada tahun 2021 hanya 14-15 jiwa per km². Wilayah dengan kepadatan tertinggi ada di Distrik Nabire, yakni rata-rata 786-787 jiwa per km², sedangkan kepadatan terendah ada di Distrik Wapoga, yakni hanya 1 jiwa per km².
Baca juga: Pesona Nabire, Ibu Kota Papua Tengah
Asal – Usul Ibu Kota Nabire
Berdasarkan cerita dari suku Wate, nama Nabire berasal dari kata “Nawi” yang pada zaman dahulu dihubungkan dengan kondisi alamnya. Nabire pada saat itu yang banyak terdapat binatang jangkrik, terutama di sepanjang kali Nabire.
Seiring berjalannya waktu, pengucapan nama Nawi berubah, menjadi Nawire, dan akhirnya Nabire.
Sedangkan menurut suku Yerisyam, nama Nabire berasal dari kata “Navirei” yang berarti daerah yang ditinggalkan. Nama “Navirei” muncul sebagai nama suatu tempat pada saat diadakannya pesta perdamaian ganti daerah antara suku Hegure dan Yerisyam.
Seiring berjalannya waktu, pengucapan Navirei menjadi Nabire, dan namanya resmi digunakan oleh Bupati pertama yaitu Bapak AKBP. Drs. Surojotanojo, SH (Alm).
Cerita lain dari suku ini menyebutkan bahwa nama Nabire berasal dari kata “Na Wyere” yang artinya daerah kehilangan. Pengertian ini berkaitan dengan terjadinya wabah penyakit yang menyerang penduduk setempat, sehingga banyak yang meninggalkan Nabire kembali ke kampungnya dan Nabire menjadi sepi lambat laun penyebutan Na Wyere menjadi Nabire.
Berdasarkan cerita dari suku Hegure, nama Nabire berasal dari kata “Inambre” yang artinya pesisir pantai yang ditumbuhi oleh tanaman jenis palem-palem. Dipengaruhi oleh adanya hubungan/komunikasi dengan suku-suku pendatang, maka lama kelamaan penyebutan Inambre berubah menjadi Nabire.
Dalam Hubungannya dengan penyelenggaraan pemerintahan, nama Nabire dalam merupakan kependekan dari kata Nyaman, Aman, Bersih, Indah, Ramah, dan Elok yang berisi harapan akan keterlibatan semua lapisan masyarakat untuk mewujudkannya.
Baca juga: Profil Provinsi Baru Papua Tengah
Pariwisata Ibu Kota Nabire
Aspek pariwisata Kabupaten Nabire Nabire memiliki pesona panorama alam yang menakjubkan layaknya setetes surga di Pulau Papua. Sejumlah wisata alam di Nabire telah tersohor di antara para wisatawan karena pesonanya.
Yang pertama adalah air terjun Bihewa dengan ketinggian sekitar 40 meter yang merupakan air terjun tertinggi di Papua. Selanjutnya yang tak kalah populer adalah kegiatan jelajah alam di kawasan Taman Nasional Teluk Cendrawasih atau yang biasa disebut TNTC.
Di kawasan Taman Nasional Teluk Cendrawasih terdapat sebuah desa bernama Kwatisore, di mana wisatawan bisa berenang dan menyelam bersama Hiu Paus. Ada juga beberapa pantai yang bisa dikunjungi wisatawan antara lain pantai Nabire, pantai Monalisa, pantai Ahe, Pantai Nusi, dan Pantai Gedo.
Sumber : Kompas
Baca juga: Pemerintah dan DPR Sepakati Ibu Kota Tiga Provinsi Baru di Papua: Merauke, Nabire, dan Jayawijaya