BANGUNPAPUA — Sebagian masyarakat awam tersenyum malu ketika mendengar kata “koteka”, padahal koteka adalah simbol keragaman budaya dan etnis Indonesia asal Papua. Koteka adalah pakaian adat yang dikenakan oleh sebagian masyarakat asli suku Papua.
Suku Dani memakai koteka sebagai penutup alat vital pria. Dilansir laman Historia.id, Koteka berasal dari bahasa Mee/Ekagi/Ekari yang berarti pakaian. Bahasa ini digunakan oleh orang Mee, suku yang berasal dari bagian barat Pegunungan Tengah di Papua dan sekarang menjadi masuk wilayah kabupaten Paniai, Dogiyai, Deiyai, Intan Jaya dan Nabire. Koteka juga berfungsi sebagai simbol status sosial, kebanggaan, bahkan perlawanan.
Biasanya orang mengira koteka terbuat dari kayu atau tanduk binatang karena teksturnya yang keras. Padahal, koteka terbuat dari tumbuhan jenis labu air (Lagenaria siceraria). Buah labu air sendiri termasuk dalam jenis labu yang bertekstur keras.
Buah tanaman ini bervariasi, dari bulat hingga lonjong memanjang (panjang 10-100 cm). Diketahui, tanaman ini mudah beradaptasi dengan kondisi cuaca yang berbeda baik pada musim hujan maupun kemarau (Lim, 2012 dalam Dwilaksono, 2013). Bagi suku Dani (suku terbesar yang tinggal di Baliem, Papua), labu ini biasanya ditanam di pekarangan.
Tanaman ini mulai berbuah pada umur tiga bulan setelah tanam. Buah yang muda biasanya dimanfaatkan sebagai olahan sayuran. Sedangkan buah yang sudah tua selain dibuat koteka dapat dibuat juga wadah air, tabung ataupun kantong hias. Setiap tanaman menghasilkan sekitar 10-15 buah atau lebih. Menurut berbagai sumber, labu air merupakan salah satu tanaman tertua, namun tidak ditanam untuk bahan pangan melainkan untuk dijadikan alat rumah tangga.
Baca juga : Mengenal Koteka, Pakaian Adat Papua
Ciri Khas Labu Air
Ciri khas dari labu air adalah tanaman ini tumbuh menjalar, merambat, memiliki batang yang kuat, penampangnya melengkung dan sulur-sulurnya biasanya spiral. Daunnya memiliki panjang batang 5-30 cm, lebar 10-30 cm. Helai daunnya berbentuk oval dengan pangkal berbentuk jantung. Tepi daun bergerigi dan bagian bawah berbulu putih halus. Labu air memiliki bunga bertangkai pendek dan struktur yang kuat.
Tanaman labu air memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Dilansir pada Jurnal Akademika Kimia (2017), daun dan buah labu air mengandung saponin dan polifenol. Rebusan atau jus labu air dapat digunakan sebagai obat anti muntah dan sakit kepala, selain itu juga dapat mengatasi kebotakan (Shah, dkk., 2010). Sementara untuk kulit buahnya, dapat membantu menyembuhkan tumor metastatis (MAT) dan rematik (Kusumah, 2007).
Baca juga : Labu Koteka Tak Hanya Penutup Alat Vital, Tapi Juga Bisa Buat Obat
Pemakaian Koteka Sesuai Kelas Sosial
Dilansir pada laman historia.id, koteka mulai dibentuk sejak masa tanam labu. Setelah beberapa bulan tumbuh, labu diikat dengan batu agar diperoleh bentuk tegak lurus. Untuk mendapatkan bentuk labu yang melengkung, sebelum dipanen batu yang diikat menggantung tersebut dilepas.
Pembentukan labu ini memiliki tujuan tertentu. Pada suku Dani, bentuk koteka menunjukkan kelas sosial pemakainya. Koteka yang berbentuk melengkung hanya dikenakan orang-orang yang punya pengaruh dalam masyarakat.
Koteka yang ujungnya melengkung ke depan (kolo) di sandang oleh Ap Kain atau pemimpin konfederasi (pemimpin klan). Kelas menengah mengenakan koteka yang ujungnya melengkung ke samping (haliag), mereka di antaranya adalah Ap Menteg (panglima perang) dan Ap Ubalik (tabib dan pemimpin adat). Sedangkan yang bentuknya tegak lurus boleh digunakan masyarakat biasa.
Baca juga : Kenali 6 Pakaian Adat Papua, Yuk!
Cara Pembuatan Koteka
Untuk mengolah labu air menjadi koteka, buah yang siap panen dipetik lalu dikeringkan di perapian. Proses pengeringan memakan waktu sekitar 1-2 minggu. Setelah kering, isi labu dikeluarkan hingga tersisa kulit labu yang keras saja. Kulit labu yang telah dibersihkan kembali dikeringkan di perapian setelah itu siap untuk dipasang. Setelah terpasang, koteka menyatu dengan pemiliknya dan tidak akan diganti sampai rusak. Agar tak jatuh saat dikenakan, koteka diikatkan tali halus yang melingkari pinggang.
Dilansir pada laman historia.id, untuk menambah kesan gagah dan daya tarik bagi lawan jenis, ujung koteka biasanya dipasang jambul yang terbuat dari bulu ayam atau burung. Bagi anak-anak yang telah berusia lima tahun mulai diperbolehkan memakai koteka. Selain menjadi alat penutup vital pria dan simbol kebanggaan, koteka juga menjadi salah satu souvenir yang dapat dibeli jika berkunjung ke Papua.
Sumber : greeners.co
Baca juga : 5 Jenis Rumah Adat Papua dan Keunikannya!