BangunPapua.com – Lagu “17 Agustus” atau “Hari Merdeka” adalah salah satu lagu populer yang selalu dinyanyikan oleh masyarakat Indonesia di momen Hari Kemerdekaan. Namun, banyak yang belum mengetahui bahwa lagu ini diciptakan oleh seorang negarawan asal Kauman, Semarang, yaitu Husein Mutahar, atau Sayyid Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad Al-Mutahar, yang lahir pada 5 Agustus 1916 di Semarang.
Menurut berbagai sumber, Husein Mutahar mengawali pendidikannya di Semarang, tepatnya di Europeesche Lagere School (ELS), lalu melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) yang setara dengan tingkat SMP. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya di Algemene Middelbare School (AMS) setingkat SMA, dan kemudian belajar di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada pada tahun 1946.
Pada tahun 1945, Mutahar bekerja sebagai Sekretaris Panglima Angkatan Laut RI di Yogyakarta, dan pada tahun 1947 menjadi pegawai tinggi di Sekretariat Negara, juga di Yogyakarta. Antara tahun 1969 hingga 1973, beliau menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Tahta Suci Vatikan.
Selain karier diplomatiknya, Mutahar menguasai setidaknya enam bahasa dengan fasih. Jabatan terakhirnya adalah sebagai Pejabat Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri pada tahun 1974.
Husein Mutahar juga dikenal sebagai seorang musisi yang aktif dalam dunia musik. Pada era 1940-an, ia memimpin orkes milik Jawatan Kereta Api (PJKA) di Lawang Sewu, Semarang, dan membina orkes simfoni remaja yang memiliki lebih dari 300 murid. Ia belajar musik dari seorang doktor musik asal Polandia bernama Rudzit.
Sejak kecil, Mutahar sudah menunjukkan bakatnya dalam bermain musik di Semarang dan telah menciptakan banyak lagu. Salah satu karya yang paling menyentuh adalah lagu “Syukur” yang diciptakannya pada tahun 1945. Lagu-lagu ciptaannya yang lain juga sangat populer, seperti hymne “Syukur” (1945) dan mars “Hari Merdeka” (1946). Karya terakhirnya, “Dirgahayu Indonesiaku,” menjadi lagu resmi perayaan ulang tahun ke-50 Kemerdekaan Indonesia.
Selain itu, Mutahar juga menciptakan lagu-lagu kepanduan seperti “Gembira”, “Tepuk Tangan Silang-silang”, “Mari Tepuk”, “Slamatlah”, “Jangan Putus Asa”, “Saat Berpisah”, dan “Hymne Pramuka”.
Husein Mutahar meninggal dunia pada 19 Juni 2004. Sesuai dengan wasiatnya, ia dimakamkan di pemakaman umum bersama rakyat di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan.
Lirik Lagu 17 Agustus 1945 “Hari Merdeka”
Tujuh belas Agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka, nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Mer-deka
Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih dikandung badan
Kita tetap, setia
Tetap sedia
Mempertahankan Indonesia
Kita tetap, setia
Tetap sedia
Membela negara kita
Tujuh belas Agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka, nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Mer-deka
Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih dikandung badan
Kita tetap, setia
Tetap sedia
Mempertahankan Indonesia
Kita tetap, setia
Tetap sedia
Membela negara kita
Baca Juga : Mengenal Tari Sajojo: Melangkah Bersama Warisan Budaya Papua yang Memukau
Dapatkan informasi terupdate berita dari kami. Untuk kerjasama lainya bisa kontak email atau sosial media Bangun Papua lainnya.