Bangunpapua.com – Papua merupakan wilayah timur Indonesia. Masyarakat awam yang mendengar “budaya Papua” akan langsung teringat dengan rumah adat Honai dan pakaian tradisional Koteka.
Rumah adat Papua tak hanya Honai, ada banyak sekali jenis rumah adat Papua yang jarang diketahui dan tidak kalah unik. Yuk simak berbagai fakta unik dari rumah adat Papua di sini!
1. Rumah Adat Honai
Siapa yang tidak kenal dengan rumah ini? Rumah Honai sangat familiar dikenal masyarakat sebagai rumah adat Papua. Rumah Honai ini paling dikenal dan paling sering dijadikan “duta” rumah adat Papua.
Dalam segi bahasa Honai terdiri dua kata. Hun artinya laki-laki dewasa dan Ai artinya rumah. Dapat diartikan rumah Honai merupakan rumah yang dikhususkan untuk laki-laki dewasa.
Rumah ini ditinggali oleh suku Dani, banyak ditemukan di lembah dan pegunungan bagian tengah Papua dan penduduk lokal sekitar dan dijadikan tempat hunian hingga saat ini.
Dinding rumah honai berbentuk melingkar dan terbuat dari kayu kokoh yang diruncingkan lalu ditancapkan ke dalam tanah sehingga dapat berdiri.
Rumput atau jerami dijadikan pelapis dasar lantai. Tiangnya terbuat dari kayu yang kuat dan keras agar kuat menyangga beban rumah.
Rumah ini hanya memiliki satu pintu tanpa adanya jendela. Tinggi rumah hanoi ini 2,5 meter dan luasnya hanya 5 meter saja. Tidak terlalu besar bahkan cenderung sempit. Jika dilihat dari kejauhan, rumah ini seperti bentuk jamur raksasa.
Desainnya yang menarik menjadikan ciri khas dari rumah adat Papua yang banyak dikenal oleh masyarakat.
Rumah ini biasanya didirikan secara berkelompok. Rumah Honai bisa bisa ditinggali 5-10 orang di dalamnya.
Baca juga : Selain Honai, Yuk Kenali Jenis Rumah Adat Kariwari
2. Rumah Adat Ebei
Kata Ebei terdiri dari dua kata, yaitu Ebe dan Ai. Ebe artinya tubuh dan Ai berarti perempuan. Secara Bahasa, rumah Ebei berarti tubuh perempuan. Maksud filosofinya adalah perempuan merupakan tubuh kehidupan bagi semua orang sebelum dilahirkan di dunia.
Sebaliknya dari Rumah Honai, Rumah adat Ebei dibuat khusus untuk wanita suku Dani.
Dirumah ini hanya dapat ditempati oleh perempuan dewasa. Anak laki-laki kecil boleh tinggal di sini, hanya sampai mereka beranjak menjadi laki-laki dewasa, yang siap pindah ke rumah Honai.
Rumah Ebei menjadi tempat belajar menjadi istri dan ibu yang baik bagi perempuan yang beranjak dewasa dan siap menikah. Di rumah ini, mereka belajar menjahit, memasak, membuat kerajinan tangan, dan lainnya.
Rumah Honai dan Ebei memiliki bentuk yang hampir sama, yaitu membentuk lingkaran. Bagi masyarakat Papua dengan bentuk yang sama tersebut memiliki beberapa filosofi penting. Filosofi dari kedua rumah ini adalah menandakan bahwa suku Dani memiliki persatuan dan kesatuan yang solid. Rumah adat ini juga menjadi simbol bagi suku Dani untuk menunjukkan harkat dan martabat mereka.
3. Rumah Adat Wamai
Rumah Wamai merupakan rumah khusus hewan ternak. Rumah ini berasal dari Suku Dani. Di dalam rumah ini, biasanya terdapat hewan ternak seperti ayam, babi, kambing, dan anjing.
Rumah Wamai berbentuk lingkaran atau persegi panjang. Ukuran rumah Wamai disesuaikan dengan jumlah hewan yang akan masuk ke dalamnya. Rumah Wamai dijadikan sebagai kandang bagi hewan ternak yang menjadi pasokan makanan agar dapat terlindungi dari serangan hewan-hewan liar.
Tidak hanya manusia saja yang memiliki rumah, hewan peliharaan pun disediakan bangunan dengan istilah Wamai.
Baca juga : Pegunungan Jayawijaya, Puncak Bersalju di Papua
4. Rumah Adat Kariwari
5. Rumah Pohon Suku Korowai
Berbeda dari suku adat lainnya, suku Korowai merupakan suku pedalaman asli Papua. Suku Korowai membuat rumah adat di atas sebuah pohon yang disebut rumah pohon.
Rumah ini terletak di ketinggian 15-50 meter, bertujuan menghindari hewan buas dan gangguan roh jahat yang disebut ”Laleo”.
Laleo adalah makhluk jahat atau iblis kejam, yang menyerupai mayat yang berjalan di malam hari.
Rumah pohon suku Korowai ini merupakan salah satu yang tertinggi di dunia karena letaknya yang berada di puncak kanopi hutan.
Rumah ini terbuat dari jerami untuk atapnya, tanah liat sebagai bahan tembok, hingga akar dan ranting kuat untuk menopang rumah pohon milik suku Korowai.
Baca juga : Pemprov Papua Buka Layanan Perpustakaan Keliling