BANGUNPAPUA.COM – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan pemerintah bakal memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) yang ada di Papua, selain Kalimantan.
Ia mengungkapkan saat ini pemerintah tengah mendorong program pemanfaatan EBT untuk pembangkit listrik tenaga air, surya, panas bumi, biomassa, dan hidrogren.
“Selain pengembangan green industry di Kalimantan, Papua punya potensi besar bagi pengembangan green industry ke depan. Ada potensi EBT 383 gigawatt (GW), utamanya surya dan hidro yang dapat menjadi modal green energy berbasis EBT,” ungkapnya dalam Green Economy Forum 2023 yang disiarkan di kanal YouTube Bisnis Indonesia, Selasa (6/6).
Ia menyebut pengembangan EBT harus secara masif karena Indonesia dihantui ancaman krisis energi. Terlebih, kebutuhan energi tanah air saat ini masih dipasok dari energi fosil.
Arifin merinci 42,4 persen energi tanah air dipasok oleh batu bara dan 31,4 persen dari minyak bumi. Padahal, potensi EBT di Indonesia sangat besar menembus 3.000 GW dengan pemanfaatan yang baru menyentuh 12,5 GW.
“Peluang pengembangan EBT semakin meningkat seiring dengan biaya pembangunan PLT EBT yang menurun cukup tajam, diiringi dengan penurunan harga baterai lithium hingga 97 persen dalam 30 tahun terakhir,” tuturnya.
Selain itu, ia menegaskan pengembangan pembangkit EBT dilakukan secara merata di seluruh sistem kelistrikan yang ada dengan mempertimbangkan supply dan demand.
Dalam hal ini, badan usaha juga diminta berkontribusi menggarap ekonomi dan energi hijau. Beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu;
Pertama, badan usaha (BU) pertambangan dan energi diminta berkontribusi melalui pengembangan pembangkit listrik EBT, melakukan efisiensi energi, memanfaatkan flare gas, membangun green divinery, hingga memanfaatkan teknologi Carbon Capture Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS).
Kedua, BU mineral dan batu bara (minerba) kudu melakukan reklamasi lahan bekas tambang untuk kebutuhan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), penggantian bahan bakar dengan biodiesel untuk transportasi tambang. Lalu, pengadaan pembangkit listrik EBT untuk suplai listrik smelter serta melakukan konservasi energi.
Ketiga, Arifin mengharapkan BU ketenagalistrikan (gatrik) melakukan pemanfaatan green coal technology alias CCS dan CCUS, penerapan co-firing, pengembangan pembangkit listrik EBT, konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) ke PLT EBT, mempensiunkan PLTU, dan efisiensi energi.
Keempat, ia menyebut BU industri bisa menuju ekonomi hijau dengan memasang PLTS atap. Arifin juga menyinggung soal pemanfaatan EBT, penerapan thermal energy efficiency, dan electrical energy efficiency.
Baca Juga: Kemenparekraf Minta Pemda Perkuat Promosi Digital Desa Wisata Papua