TIMIKA, PAPUA — Ketika membicarakan kekayaan budaya Nusantara, tari perang Papua merepresentasikan sebuah kanvas bergerak yang mengeksplorasi keunikan budaya dan sejarah. Salah satu elemen dalam tari ini yang memukau adalah gerak memanah, yang mengintegrasikan kekuatan, kecerdikan, serta estetika dalam setiap langkahnya.
Tari perang dari Papua tidak sekadar menghibur, tetapi juga bermakna dalam mendalam dan menyoroti nilai-nilai dan prinsip masyarakat setempat. Hal ini terlihat dalam Tari Afaitaneng, dimana memanah tidak hanya menjadi komponen tari perang, tetapi juga mengekspresikan sikap kepahlawanan dari masyarakat Papua. “Afai yang artinya adalah panah serta kata taneng yang artinya adalah milik,” yang menginterpretasi senjata ini tidak hanya sebagai alat berburu atau bertahan hidup, melainkan bagian intrinsik dari identitas dan kebanggaan masyarakat setempat.
Dalam pendidikan seni di Indonesia, tari tradisional mendapat tempat yang penting. Bagi siswa-siswi di seluruh tanah air, pelajaran seni tari menjadi komponen dalam kurikulum, termasuk di dalamnya gerakan memanah pada tari perang Papua. Contoh soal PTS Seni Budaya Kelas 10 Semester 1 dalam Kurikulum Merdeka, misalnya, mencakup materi ini untuk mendorong apresiasi dan pemahaman yang lebih mendalam tentang warisan budaya yang beragam.
Interpretasi gerak tari peperangan seperti memanah sangat kaya akan unsur estetika. Menurut kisi-kisi yang dijabarkan dalam Kurikulum Merdeka, materi Seni Budaya kelas 10 Semester 1 mencakup penilaian atas “hasil akhir dari proses kreativitas, dimana pada tahap ini mulai terbentuknya kesatuan gerakan-gerakan harmonis dan estetis dalam bentuk sebuah karya seni tari.”
Praktik dan pengajaran seni gerak melalui cakupan gerakan tari perang Papua dikembangkan bukan hanya untuk praktik tari adat, tetapi juga sebagai bagian penting dari penilaian seni budaya di sekolah. Ini membuktikan bahwa gerak memanah pada tari perang Papua termasuk dalam jenis gerak yang tidak hanya dihargai sebagai warisan budaya, tetapi juga diakui dalam pendidikan formal sebagai bagian dari jejak kebudayaan Papua dalam tari.
Selain Tari Afaitaneng, gerakan memanah juga merefleksikan nilai-nilai keberanian dan keterampilan yang diperhitungkan dalam tari khas Papua lainnya seperti Tari Soanggi dan Tari Det Pok Mbui, dimana pemberontak memanfaatkan kemahiran memanah dalam pertempuran mereka. Gerakan memanah yang estetis ini menjadi penting, terutama dalam penilaian materi seni budaya kelas 10 yang mengacu pada pengertian tari perang sebagai ungkapan kebudayaan yang mendasar.
Refleksikanlah bagaimana kebudayaan Papua tercermin dalam gerakan tari, dimana gerak memanah menjadi simbol perjuangan, keberanian, dan kesenian. Melalui pelajaran seni tari sekolah, kita diajak untuk menelisik lebih dalam makna di balik setiap gerakan yang terkoordinasi, yang membawa kita ke dalam kisah-kisah heroik yang terpatri dalam kebiasaan dan tradisi masyarakat asli Papua.
Baca Juga : Kapolda Papua Unggulkan Semangat Persatuan dalam Deklarasi Kampanye Damai Pemilihan Gubernur 2024
Dapatkan informasi terupdate berita dari kami. Untuk kerjasama lainya bisa kontak email atau sosial media Bangun Papua lainnya.