Bangunpapua.com – Burung nuri kabare (Psittrichas fulgidus) dikenal dengan sebutan “nuri elang”, kasturi raja, “nuri nazar”, “nuri drakula” adalah satwa endemik Indonesia dari tanah Papua.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan bahwa nuri kabare adalah salah satu burung endemik Papua, dalam status dilindungi.
Lembaga Konservasi Dunia (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources/IUCN) menetapkan burung nuri kabare sebagai satwa dilindungi dan terancam punah berstatus rentan (vulnerable).
Ada yang menarik dari keberadaan burung jenis nuri kabare tersebut. Mengingat selama ini di Papua burung sering dikaitkan dengan kekhasannya adalah jenis aneka burung cenderawasih.
Burung nuri kabare harus dilindungi karena terancam punah. Ancaman utamanya karena perburuan liar, perdagangan, dan kerusakan habitat.
Burung jenis ini biasanya menempati lubang-lubang pohon besar di area pegunungan tinggi. Jumlahnya diperkirakan hanya tersisa 21.000 individu dan tren populasinya terus menunjukkan penurunan apabila tidak dilakukan pencegahan secara terpadu.
Burung nuri kabare merupakan spesies burung paruh bengkok (parrot) dan endemik khas Tanah Papua, karena tidak bisa ditemukan di wilayah dan negara lainnya, saat ini keberadaannya semakin memprihatinkan.
Akibat maraknya perburuan liar, perdagangan, dan kerusakan habitat, burung yang hidup di wilayah pegunungan Papua dan Papua Nugini dengan ketinggian 100–1.800 mdpl ini terancam punah dan habitatnya juga semakin berkurang.
Baca juga: 5 Fauna Endemik Taman Nasional Lorentz Papua
Ciri – Ciri Burung Nuri Kabare
Nuri kabare memiliki ukuran tubuh terbesar di antara jenis burung nuri lainnya, dengan panjang tubuhnya sekitar 46 cm.
Paruhnya yang mirip dengan burung elang berwarna kehitaman, bulu pada tubuhnya didominasi oleh warna hitam di bagian kepala, leher hingga dada dan bagian dorsal tubuhnya (punggung hingga ujung ekor), sedangkan perutnya berwarna merah hingga pangkal ekor dan sedikit di bagian sayap.
Pada burung jantan dan betina memiliki bentuk dan warna yang sama, yang membedakan hanya pada bagian belakang mata, burung jantan memiliki sedikit bulu berwarna merah, sedangkan betina tidak memiliki.
Secara perilaku, nuri kabare disebut sebagai kasturi raja. Nuri kabare aktif saat siang hari (diurnal), aktivitas sehari-hari terlihat sering berpasangan dan terkadang berkelompok.
Nuri kabare mendiami 1-3 pohon tinggi yang letaknya berdekatan. Burung ini sangat jarang sekali mengeluarkan suaranya, ia lebih sering terlihat terbang atau bertengger saja. Burung ini pandai memanjat dan berjalan dengan gaya melompat.
Menurut Balai Besar Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua, dalam reproduksi burung betina menghasilkan telur 2-3 butir dalam sekali musim.
Nuri kabare memakan berbagai jenis biji-bijian, seperti kacang-kacangan dan buah-buahan, selain itu diketahui juga bahwa burung ini memakan bunga dan nektar.
Menurut BBKSDA Papua hal penting yang harus diperhatikan adalah status nuri kabare dalam daftar IUCN yang masuk kategori rentan.
Artinya, nuri kabare diindikasikan sedang menghadapi risiko tinggi kepunahan di alam liar dan dianggap memenuhi satu dari lima kriteria menuju kepunahan yang ditetapkan oleh IUCN sehingga tidak ada jalan lain selain melindungi populasi serta habitatnya.
Baca juga: Burung Cendrawasih, Warisan Papua Paling Indah di Dunia